Setiap yang bernyawa akan merasakan mati,, (Ali Imran: 185)
"Nak, hari ini pulang ya, Ayah mu sakit keras",ucap Ibu.
Hari itu hari kamis, hari aku rutin mengikuti kajian di masjid dekat kampus. Kajian untuk umum, biasanya di mulai pukul satu siang. Tiap pekannya yang datang ya kebanyakan civitas kampus yang kebetulan siang itu tidak ada jadwal kuliah atau mengajar. Tema siang ini mengenai sabar. Sang ustadz membacakan salah satu ayat dari surat al-baqarah ayat 155 sampai 156.
Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikti ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (155)"Nak, hari ini pulang ya, Ayah mu sakit keras",ucap Ibu.
Siang itu cuaca cukup panas, mungkin mencapai 32 derajat celcius. Memang saat ini di daerah ku kuliah, Bandung, cuaca mudah berubah. Kemarin hujan deras, sekarang panas terik. Siang itu kajian di mulai lebih cepat dari biasanya, pukul 12.45 sudah di mulai. Pada waktu itu aku baru saja selesai kuliah dan langsung menuju masjid kampus. Aku dan beberapa teman kelas salat berjamaah di luar ruang utama masjid yang memang sedang di pakai kajian. Selesai salat, kami bergabung ke ruang utama masjid bergabung dengan yang lain. Kebetulan beberapa dari kami sedang puasa sunnah, jadi tak perlu makan siang.
"Nak, hari ini pulang ya, Ayah mu sakit keras",ucap ibu.
Hanya beberapa orang yang mengikuti kajian ini, kebanyakan mahasiswa. Dan kebanyakan pengurus masjid kampus, aku kenal beberapa dari mereka. Pukul satu lewat dua puluh lima menit, ya, aku ingat sekali, handphone ku bergetar. Ku keluarkannya dari kantong celana. "oh, dari ibu", dalam hatiku. Entahlah, siang itu tidak ada perasaan apa-apa meskipun sangat jarang Ibu ku menelepon siang-siang begini. Bergegas ku melangkah keluar dari ruang utama, mengangkat telepon.
"Assalamu 'alaikum", suara di ujung telepon, ibuku. "wa'alaikum salam. Ada apa bu? kok tumben siang -siang telepon?", tanyaku padanya. "Nak, sedang apa? hari ini pulang ya, Ayah mu sakit keras". Ibuku segera menutup teleponnya, hanya kalimat itu yang disampaikannya. Ya, hanya itu. Tapi itu cukup membuatku bertanya-tanya. Sakit apa Ayah? Bukankah sudah lama Maag kronis nya tidak kambuh lagi? Atau mungkin ada penyakit lain yang dulu belum diketahui?. Ah sudahlah, sesegera mungkin aku pulang ke kos dan bersiap-siap pulang. Perjalanan Bandung sampai kota ku tidak begitu lama, sekitar 4 jam sudah sampai. Biasanya aku pulang naik motor, tapi hari ini aku putuskan naik bus saja, biar lebih santai.
(yaitu) orang-orang yang bila di timpa musibah, mereka berkata "innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (sesunguuhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. (156)Sampai beberapa meter di depan rumah, terlihat rumah ku sudah ramai oleh tetangga dan saudara-saudara dekatku. Ada apa? Apa Ayah akan di bawa ke rumah sakit?. Paman ku keluar dari rumah, bergegas mendekatiku, memelukku sambil menahan tangis namun tak kuasa. Dan akhirnya tangis itu pecah di bahu ku. "Ayah mu,,Ayah mu sudah tiada, Ru. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya pukul 5 tadi. Sepulang kerja tadi, tiba-tiba beliau merasakan sakit di dadanya. Dan kami terlambat membawanya ke rumah sakit". Pamanku menjelaskan masih dalam keadaan memelukku dan air matanya menetes di bahu ku.
-----------------------------------
Ayahku dimakamkan di pekuburan dekat rumah sekitar pukul 8 malam, hari itu juga. Aku masih sempat ikut memandikan, mengkafani, menyolati dan menutup papan sampai akhirnya benar-benar terkubur. Semua keluarga kumpul, ada kedua kakakku yang saat ini sudah berkeluarga dan membawa serta suami-suami dan anak-anaknya. Kakak pertama sekarang tinggal di Solo, ikut suaminya yang kerja disana. Kakak kedua tinggal di Malang. Dan adikku saat ini masih kelas 2 SMA. Kami semua bersedih, tak menyangka Ayah memiliki penyakit Jantung. Selama ini tidak bercerita, apalagi mengeluh kesakitan.
--------------------------------------
Ayah,, tahukah kau, aku sangat bangga menjadi anak mu. Pendidikan mu tidak setinggi aku, Ibu bilang Ayah lulusan SMA. Pekerjaan mu selama ini bertani, bukan pekerja kantoran yang gagah mengenakan jas dan dasi. Tapi dengan kesederhanaanmu, aku belajar menghargai hidup.
Ayah,, kini anakmu sudah smester 7. Sebentar lagi wisuda. Sayang, mungkin hanya Ibu yang menyaksikanku di wisuda. Tapi tak apa, sudah takdirnya akan seperti ini.
Ayah,, Aku masih ingat pesan mu kepadaku. Pesan yang kau sampaikan sebelum aku kembali ke perantauan. Bahwa aku harus bisa menjaga Ibu dan adik. Mereka wanita, wanita yang kita cintai.
Ayah,, semoga amal-amal anak-anakmu bisa mengantarkanmu ke surga-Nya, semoga hapalan quran kami semua bisa menolongmu..Insya Allah..
1 komentar:
Jumlah casino Archives - JamBase
Jumlah casino: 상주 출장마사지 The official website of the JamBase casino and a 정읍 출장안마 place to play 사천 출장안마 slots. Find out more 인천광역 출장안마 about 양산 출장안마 the JamBase online site!
Posting Komentar