19 Des 2011

Pendek kurang bermakna

Rasa-rasanya sudah lama saya tidak mampir ke blog sendiri. Ada rasa malas menulis beberapa hari ini. Modem pun sempat kehabisan pulsa beberapa hari belakangan (#curhat). Oh iya, sore ini saya melewatkan satu agenda karena badan ini masih mau di manja yang terpaksa harus saya turuti (sakit-pen). Biar sore ini gak terlalu nganggur, saya coba menuangkan sedikit coretan. Hanya beberapa paragraf pendek saja, tapi semoga bermanfaat :)

Sejak saya mulai di ajarkan menulis, terutama pelajaran agama, setiap ada tulisan yang ditujukan untuk shalawat kepada Nabi, mengagungkan Allah, dan lain-lain selalu memakai singkatan. Yang paling sering saya temui sampai sekarang adalah singkatan SAW untuk shalallaahu 'alaihi wa sallam, SWT untuk Subhanahu wa Ta'ala, dan AS untuk 'alaihis salam. Dan, justru untuk para sahabat (biasanya Radhiallahu 'anhu) atau para ulama (biasanya hafidzahullah) tidak disertakan. 

Memang sih, saya belum menemukan keharusannya menulis kata-kata tersebut secara lengkap. Tapi kalau di pikir-pikir, singkatan itu bisa berarti banyak, tergantung yang membacanya. Bisa-bisa ada yang mengartikan lain terhadap singkatan-singkatan itu. Meskipun kita sudah latah, untuk mengartikan SAW untuk shalallahu 'alaihi wa sallam misalnya, tapi saya kira lebih baik kalau kita memanjangkannya.

Entah hanya saya yang merasakan atau sebagian ada yang merasakan juga, ketika membaca SAW, SWT, dan lain-lain, ya hanya itu yang saya baca, sama sekali tidak berusaha memanjangkannya, dalam hati sekalipun. Padahal kita wajib bershalawat kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam ketika namanya di sebut. Belum lagi kalau dari pertama belajar kita terbiasa menyingkatnya sampai-sampai artinya saja tidak tahu.

Yuk, kawan, mulai kita biasakan memudahkan pembaca dengan tidak menyingkat shalawat kepada Nabi, peng-agung-an kepada Allah, dan mendoakan para sahabat dan ulama. :)

0 komentar:

Posting Komentar