9 Des 2011

Hari ini (2): dari STAN sampai Kebon Sirih

Ya, inilah lanjutan cerita saya hari ini. Sepulang kuliah, di daerah bendungan saya mendapat telepon dari Mensos BEM.  Intinya kalau siang ini saya kosong, tolong antarkan proposal INTERACTION ke Baznas yang ada di kebon sirih, Jakarta Pusat. Daerah yang sangat asing buat saya. Yang saya tau di Jakpus ada Monas, dan disebelahnya ada stasiun Gambir, dimana saya biasa naik kereta menuju kampung halaman.

Oke lah, karena siang ini saya kosong, saya menyanggupi mengantar proposal itu bersama ketua INTERACTION. Kami berangkat pukul 1 siang, sampai Baznas jam 2, lalu selang 15menit kami pulang, dan sekitar pukul setengah empat sore kami sudah kembali berada di kampus. Tapi itu hanya rencana saya yang entah dari mana semua perkiraan itu bisa saya dapat. Pokoknya, maksimal pukul 4.30 sore saya sudah di kampus karena akan ada kepentingan lain, mungkin itu yang menjadi alasannya.

Kami sepakat bertemu di BEM dan berangkat pukul setengah dua. Saya menunggu di BEM, tidak lama dia datang. Langsung berangkat? “Nanti dulu, proposal belum selesai, belum di print, data-datanya belum di burn ke CD”, dia menjelaskan. Baiklah, mari kita selesaikan secara jantan. Jam 2.30 kami baru menyelesaikan proposal dan pergi ke ceger untuk cetak dan burn ke CD.  Dengan segala keribetannya, akhirnya selesai di cetak dan di burn jam 3. Saat itu saya hanya mendapat 1 helm, teman saya meyakinkan tidak masalah tidak mengenakan helm juga.

Oke, kami berangkat. Oh iya, sebelum berangkat kami tanya ke Bapak-bapak yang ada di pinggir jalan, menanyakan dimana kebon sirih. Beliau menjelaskan lumayan rinci tiap daerah yang harus kami lewati. Kami dapat patokannya, arah kebayoran lama – tanah abang – senayan – sudirman – keobn sirih. Jam segitu sudah macet ternyata, kami sempat melihat antrean kendaraan yang sangat panjang. Tapi kami naik motor, jadi bisa lebih cepat. Sampai di suatu daerah, ada yang memperingati kalau penumpang harus memakai helm, banyak polisi katanya.

Saya agak was-was, teringat dulu pernah kena tilang dan membayar denda yang tidak sedikit. Dengan berjalan pelan, kami mencari penjual helm. Tapi tidak ada. Kami putuskan mendekati tukang ojek, dengan harapan bisa menjual helm nya dengan harga murah. Setelah proses tawar-menawar yang cukup lama, akhirnya kami menyerah membeli helm itu dengan harga 40rb. Tapi tak apalah, kena tilang risikonya lebih dari itu. Perjalanan berangkat ini relatif cepat, kami butuh beberapa kali bertanya dan akhirnya sampai di tempat tujuan, Baznas. Sepertinya ada salah komunikasi, ternyata beliau sedang rapat di luar kantor. Kami putuskan proposal dititipkan ke satpam kantor. Setelah itu kami pulang.

Kami bingung mau bertanya apa agar yang di tanya bisa dengan mudah menjelaskan arah pulang kami, ceger. Tapi akhirnya pun kami bisa mendapat petunjuk yang lumayan memudahkan kami. Intinya, perjalanan pulang hampir mirip ketika berangkat. Kami mencari arah kebayoran lama, setelah itu mencari Gandarai City, kemudian tanah kusir, akhirnya sampai ceger. Di perjalanan pulang, jalanan dipenuhi polusi, dari mulai bajaj sampai mobil pribadi. Nafas saya agak sesak karena beberapa lama berada di belakang bajaj dan bus besar. Lepas dari macet satu, kembali terjebak kemacetan di jalan selanjutnya. Polisi pun sepertinya sudah lelah mengatur jalanan Kota ini setiap hari. Lampu merahnya jauh lebih lama ketimbang di daerah kampung saya (ya iyyalaah), mungkin mencapai 3-5menit sekali merah. Sempat beberapa kali saya melihat hampir terjadi tabrakan antarkendaraan di lampu lalu lintas. Mereka banyak yang kurang sabar, belum juga lampu bagiannya hijau, tapi sudah tancap gas. “Mungkin mereka ada keperluan yang mendesak”, pikirku.

Dengan ketidaktahuan kami dan ke-sok tahu-an saya, entah berapa kali kami salah jalan. Tidak apa-apa memang, toh masih bisa putar balik. Yang agak saya khawatirkan adalah, ini hampir malam, penglihatan saya cukup buram bahkan hanya sekedar melihat. Apalagi menyetir. Dari dulu saya memang sebisa mungkin menghindari berkendara di malam hari. Tapi untungnya belum terlalu gelap, jadi motor masih bisa saya gas sampai kecepatan 50 km/jam.



Hampir pukul 7 malam kami sampai kampus. Kami sempatkan salat maghrib lalu mengembalikan helm dan motor. Dan helm seharga 40rb itu kami simpan, mungkin untuk aset depsos,,hehe

0 komentar:

Posting Komentar