Cerita ini saya dapat dari teman sekelas. Setiap kamis kelas kami ada agenda rutin kultum. isinya bebas, boleh seputar agama, umum, atau sekedar cerita berhikmah. Nah beberapa minggu yang lalu, kawan saya membawakan cerita yang cukup menarik. Disini saya hanya berbagi, mungkin bisa mengisnpirasi ,,hhe
Oke, kita mulai ceritanya,,
Di suatu massa, hidup seorang lelaki dengan empat orang istri. mereka hidup bahagia, tidak ada rasa cemburu diantara mereka. Istri yang keempat ini menurut si suami yang paling cantik. Dia sangat bangga memiliki si istri ini. pokoknya gak nyesel deh lelaki itu memiliki wanita ini. istri yang ketiga cantik juga. bahkan si suami sering memamerkannya kepada teman-temannya. kalau ada acara kumpul, pastilah istri ketiga yang dia bawa dan dia kenalkan ke semua temannya. Nah beda lagi dengan istri yang kedua. dia ini tempat curhat sang suami. Ada masalah apapun, dia selalu cerita ke istri kedua, dan selalu ada solusi yang tepat. Sang suami benar-benar nyaman bila berada di sampingnya, terlebih ketika ada masalah. sedangkan istri yang pertama ini menurut sang suami biasa-biasa saja. bila dibandingkan dengan istri-istrinya yang lain, istri pertama ini tidak cantik. si istri memang sederhana sikapnya. tapi sang suami tetap suka padanya.
suatu hari, si suami sakit parah. berbagai rumah sakit sudah mereka datangi, hasilnya peralatan rumah sakit kurang menunjang untuk merawatnya. dokter manapun sudah mencoba menyembuhkan penyakitnya, tapi tetap saja tidak bisa. akhirnya mereka pun pasrah. sang suami hanya dirawat dirumah dengan peralatan seadanya. hanya sesekali diberi obat herbal. berhari-hari suami tersebut terbaring di kasurnya, masih sulit rasanya untuk sekedar menggerakkan tangan. yang bisa dia lakukan hanya berbicara, itupun sangat lirih, hampir tak terdengar.
Aadar keadaannya mendekati kematian, sang suami memanggil satu persatu istrinya. Yang dia panggil pertama adalah istri keempat. Dengan lirih, dia berkata : "istriku, keadaanku kini tak seperti dulu. mungkin sebentar lagi aku akan meninggalkan kalian semua. selama ini, aku telah banyak memberikan mu harta, sehingga kau merasa tercukupi. sebelum aku meninggalkanmu, ada satu permintaan dariku. aku berharap kau mau mengabulkaannya". sang istri langsung menjawab : "apa itu sayang? katakanlah, mungkin aku bisa memenuhi permintaanmu itu". sang suami menjawab : "maukah kiranya engkau menemaniku di kuburan nanti, kita sama-sama meninggalkan dunia ini. bukankah kau pernah berjanji akan sehidup semati, istriku?". terkejut si istri mendengar permintaan suaminya. refleks ia menjawab : "aku tidak mau! aku masih ingin menikmati hidup ini, sayang. lagipula aku masih sehat dan masih banyak yang ingin ku capai. maaf aku tidak bisa menemani mu.
begitu seterusnya sang suami berdialog dengan para istrinya. apakah semua istrinya menolak ? tidak, kawan. istri pertama menjawab dengan yakin : " kalau itu permintaan mu, aku bisa penuhi."
Wah, gak di sangka jawaban istri pertama berbeda dari yang lain. tanpa sadar sang suami menitikan air mata, betapa selama ini istri pertama dianggap bisa saja tetapi malah yang paling setia.
--------------------------
Dalam hidup ini, kita tidak terlepas dari empat "istri" kita. Istri keempat diibaratkan kelebihan yang kita miliki, ketampanan ataupun kecantikan. Kita sering bangga jika kita "lebih keren dari yang lain dan mungkin ada terbersit dalam hati merendahkan yang lain (na'udzubillah). Istri ketiga diibaratkan harta/perhiasan yang kita punya. Kemana-mana kita pamerkan jam tangan harga jutaan, cincin emas, atau apapun yang tidak semua orang lain punya. Kemudian istri kedua diibaratkan teman/sahabat yang ada disekitar kita. Mereka sering menjadi tempat kita mencurahkan perasaan kita, mencertiaka masalah yang sedang kita hadapi, atau sekedar bercerita kejadian lucu yang kita alami. Namun, pada akhirnya ketiganya tidak bisa menemani kita selamanya. Ada kalanya kita "berpisah" dari mereka. Ketampanan/kecantikan bisa saja hilang karena suatu musibah. Harta pun sama, kapanpun dapat terpisah dari pemiliknya. Teman atau sahabat, suatu saat bisa saja berpisah ketika kita tidak lagi dekat dengannya. Memang masih bisa berkomunikasi, tetapi sudah tidak dekat seperti sebelumnya, masing-masing memiliki kesibukkan.
Dan untuk istri pertama diibaratkan diri kita. Dalam hidup ini, apa saja yang sudah kita perbuat untuk bekal kita nanti? Sesederhana apapun diri ini, perlu dihiasai. Dan perhiasan diri yang baik adalah perbuatan baik. Dalam berbuat baik itu ada kemanfaatan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Dalam suatu hadits, disebutkan bahwa yang menemani sampai di hari akhir nanti salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat.
Lalu, bagaimana dengan istri kelima? sebenarnya cerita aslinya hanya empat istri. Hanya saja saya menambahkan satu istri lagi. Istri kelima adalah yang sebenar-benarnya istri, yang mendampingi hidup untuk menyempurnakan ibadah kita . :)
Oke, kita mulai ceritanya,,
Di suatu massa, hidup seorang lelaki dengan empat orang istri. mereka hidup bahagia, tidak ada rasa cemburu diantara mereka. Istri yang keempat ini menurut si suami yang paling cantik. Dia sangat bangga memiliki si istri ini. pokoknya gak nyesel deh lelaki itu memiliki wanita ini. istri yang ketiga cantik juga. bahkan si suami sering memamerkannya kepada teman-temannya. kalau ada acara kumpul, pastilah istri ketiga yang dia bawa dan dia kenalkan ke semua temannya. Nah beda lagi dengan istri yang kedua. dia ini tempat curhat sang suami. Ada masalah apapun, dia selalu cerita ke istri kedua, dan selalu ada solusi yang tepat. Sang suami benar-benar nyaman bila berada di sampingnya, terlebih ketika ada masalah. sedangkan istri yang pertama ini menurut sang suami biasa-biasa saja. bila dibandingkan dengan istri-istrinya yang lain, istri pertama ini tidak cantik. si istri memang sederhana sikapnya. tapi sang suami tetap suka padanya.
suatu hari, si suami sakit parah. berbagai rumah sakit sudah mereka datangi, hasilnya peralatan rumah sakit kurang menunjang untuk merawatnya. dokter manapun sudah mencoba menyembuhkan penyakitnya, tapi tetap saja tidak bisa. akhirnya mereka pun pasrah. sang suami hanya dirawat dirumah dengan peralatan seadanya. hanya sesekali diberi obat herbal. berhari-hari suami tersebut terbaring di kasurnya, masih sulit rasanya untuk sekedar menggerakkan tangan. yang bisa dia lakukan hanya berbicara, itupun sangat lirih, hampir tak terdengar.
Aadar keadaannya mendekati kematian, sang suami memanggil satu persatu istrinya. Yang dia panggil pertama adalah istri keempat. Dengan lirih, dia berkata : "istriku, keadaanku kini tak seperti dulu. mungkin sebentar lagi aku akan meninggalkan kalian semua. selama ini, aku telah banyak memberikan mu harta, sehingga kau merasa tercukupi. sebelum aku meninggalkanmu, ada satu permintaan dariku. aku berharap kau mau mengabulkaannya". sang istri langsung menjawab : "apa itu sayang? katakanlah, mungkin aku bisa memenuhi permintaanmu itu". sang suami menjawab : "maukah kiranya engkau menemaniku di kuburan nanti, kita sama-sama meninggalkan dunia ini. bukankah kau pernah berjanji akan sehidup semati, istriku?". terkejut si istri mendengar permintaan suaminya. refleks ia menjawab : "aku tidak mau! aku masih ingin menikmati hidup ini, sayang. lagipula aku masih sehat dan masih banyak yang ingin ku capai. maaf aku tidak bisa menemani mu.
begitu seterusnya sang suami berdialog dengan para istrinya. apakah semua istrinya menolak ? tidak, kawan. istri pertama menjawab dengan yakin : " kalau itu permintaan mu, aku bisa penuhi."
Wah, gak di sangka jawaban istri pertama berbeda dari yang lain. tanpa sadar sang suami menitikan air mata, betapa selama ini istri pertama dianggap bisa saja tetapi malah yang paling setia.
--------------------------
Dalam hidup ini, kita tidak terlepas dari empat "istri" kita. Istri keempat diibaratkan kelebihan yang kita miliki, ketampanan ataupun kecantikan. Kita sering bangga jika kita "lebih keren dari yang lain dan mungkin ada terbersit dalam hati merendahkan yang lain (na'udzubillah). Istri ketiga diibaratkan harta/perhiasan yang kita punya. Kemana-mana kita pamerkan jam tangan harga jutaan, cincin emas, atau apapun yang tidak semua orang lain punya. Kemudian istri kedua diibaratkan teman/sahabat yang ada disekitar kita. Mereka sering menjadi tempat kita mencurahkan perasaan kita, mencertiaka masalah yang sedang kita hadapi, atau sekedar bercerita kejadian lucu yang kita alami. Namun, pada akhirnya ketiganya tidak bisa menemani kita selamanya. Ada kalanya kita "berpisah" dari mereka. Ketampanan/kecantikan bisa saja hilang karena suatu musibah. Harta pun sama, kapanpun dapat terpisah dari pemiliknya. Teman atau sahabat, suatu saat bisa saja berpisah ketika kita tidak lagi dekat dengannya. Memang masih bisa berkomunikasi, tetapi sudah tidak dekat seperti sebelumnya, masing-masing memiliki kesibukkan.
Dan untuk istri pertama diibaratkan diri kita. Dalam hidup ini, apa saja yang sudah kita perbuat untuk bekal kita nanti? Sesederhana apapun diri ini, perlu dihiasai. Dan perhiasan diri yang baik adalah perbuatan baik. Dalam berbuat baik itu ada kemanfaatan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Dalam suatu hadits, disebutkan bahwa yang menemani sampai di hari akhir nanti salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat.
Lalu, bagaimana dengan istri kelima? sebenarnya cerita aslinya hanya empat istri. Hanya saja saya menambahkan satu istri lagi. Istri kelima adalah yang sebenar-benarnya istri, yang mendampingi hidup untuk menyempurnakan ibadah kita . :)
0 komentar:
Posting Komentar