30 Nov 2011

Sensasi "Putra Luragung"

Carai,,carai na,, Mijon,, Mijon,,Tarahu,,tahu na,, Bade a? 

Pagi tadi, pukul tujuh lebih tiga puluh menit, ketika beberapa kelas akan pergi makrab ke tempat tujuan masing-masing, ketika Maba (mahasiswa baru) hendak pergi (entah kemana) naik metro mini, ketika kawan-kawan saya sedang futsal, dan ketika salah satu kawan saya sedang sakit, saya berada di pos satpam depan kampus, sendirian, menunggu 4 kawan yang rencananya akan pulang dengan tujuan yang sama. Ada yang berbeda di liburan kali ini. Kalau biasanya saya pulang naik kereta, pagi tadi pertama kalinya saya pulang ke kampung (Cirebon, nggak kampung-kampung banget sih) naik bus. Ada dua alasan kenapa saya pilih bus, untuk cari pengalaman (karena sama sekali belum pernah pulang dari Tangerang naik bus) sama ngirit ongkos juga. Lumayan, buat tambahan ke bukfer minggu nanti lebihnya,,hehe . Lebay mungkin saya menulis cerita ini. Tapi mudah-mudahan masih tetap dilanjutkan membacanya,, :)

Sekitar setengah jam saya menunggu di pos satpam, sendiri. Ada kernet bus sih sebenarnya yang mengajak ngobrol. Tapi itu tidak lama, hanya sekitar 10 menit. Setelah berlima kumpul di pos, kami mencari taksi. Terlihat elit? tidak juga. Sampai lebak bulus tarifnya sekitar 28 ribu lalu di bagi lima. Hitungannya sama saja dengan 2 kali naik angkot,6 ribu per orang.

Sampai di lebak bulus kami mencari bus jurusan Cirebon. "Nah, itu bus nya", teriak kawan saya. Putra luragung? Gak salah nih?? . Yang saya tahu, bus ini sering ugal-ugalan. Memang sih jarang saya dengar bus ini kecelakaan lalu lintas. Lagi pula hanya tinggal naiknya saja, masa harus pulang lagi. Hop! saya masuk bus. dan ternyata di dalam sudah banyak penumpang. Kami mencari bangku kosong (berasa horor dah :D). Setelah dapat, kami duduk dan menungu sampai bus berangkat. Baru saya tahu ternyata bus nya tidak ber-AC dan banyak pedagang yang hilir-mudik bergantian menawarkan dagangannya. Saya pikir kondisinya sama seperti naik bus Bandung-Cirebon, ber-AC dan kalaupun ada pedagang, hanya 1-2 saja. Itu pun kalau sedang macet. Bus berangkat pukul sembilan lewat dua puluh menit.

Di depan saya duduk seorang ibu dengan 2 anaknya. Uniknya, yang satu duduk di sandaran jok, jadi posisinya lebih tinggi dari yang lain. si anak (usia sekitar 5 tahun) sepertinya sudah terbiasa duduk disitu. Di samping kiri saya, di bagian kursi 2 jajar, satu keluarga (Bapak, Ibu, dan 2 anak) duduk di situ. Tidak ada sama sekali keluhan merasa sempit. Ah, kok sepertinya saya sangat tidak bersyukur. Bawaan saya hanya sebuah tas, bukan keluarga apalagi anak yang terkadang merepotkan selama perjalanan. Ah, sudahlah, saya harus bersyukur untuk perjalanan kali ini, dan menikmatinya. Setelah itu, entah kenapa saya merasa exited dan bebrapa kali senyum-senyum sendiri.

Ada beberapa kejadian yang sedikit menarik perhatian saya. Ada satu pengamen yang dia tidak membawa apa-apa, menanyi pun tidak. Dia berdiri di depan, lalu mulai menyampaikan sesuatu. Saya lupa isi lengkap nya, yang saya ingat bagian yang "...daripada saya menantang maut dengan menodong, mencuri dan mencopet, lebih baik saya menanggung malu di hadapan bapak - ibu semua..". Ada juga penjual salak pondoh yang menjual dengan memaksa. Awalnya dia jual 15 ribu untuk 30 buah. Tidak lama kemudian, jumlah dinaikkan menjadi 35 buah, lalu 40 buah, lalu 50 buah. Nah, mungkin ini penambahan terakhir. Akhirnya saya membeli salak itu. Dari cara menjualnya, saya yakin salaknya (setidaknya) benar-benar salak pondoh dan tidak sepet.

Ternyata dugaan saya salah. Tidak lama setelah penawaran tadi, penjual lagi-lagi menaikkan jumlahnya dengan harga yang sama menjadi 55 buah, lalu 60 buah, dan terakhir 70 buah. Kalau saja saya sedikit bersabar,,hehe.
Sebelum bus memasuki tol, kami turun dan meneruskan perjalanan dengan angkot. Satu orang tidak turun dan melanjutkan perjalanan dengan bus. Setelah itu kami bertiga berpisah menaiki angkot jurusan rumah masing-masing. Pukul dua lebih tiga puluh sore saya sampai di rumah, alhamdulillah,,

Itu sedikit (banyak kalee..) cerita perjalanan saya pulkam yang akhirnya merasa exited karena pertama kalinya naik bus, dan ternyata cukup menyenangkan. Inginnya malam ini santai, tapi kemudian teringat acara untuk sabtu ini di UI yang belum selesai persiapannya. Okelah, refreshing-nya dicukupkan dan di lanjut dengan mem-fix-kan acara :D..
oh iya, ada beckham ya lagi tanding lawan timnas ya? Tak apalah, saya jarang menonton bola.. :)


25 Nov 2011

yuk, saling memaafkan :)

Pemaafan tidak ada hubungannya dengan amarah dan niat buruk, tidak ada hubungannya dengan hukuman dan penghakiman. Itu adalah sikap indah yang berarti kita bisa mulai melangkah maju kembali. Sebab sering kali kita memiliki amarah, kita ingin menghukum, kita ingin balas dendam, dan kita berpikir keadlian itu adalah : "Mereka melukai saya dan saya harus balas melukai mereka." Jika kita berfikir keadilan adalah seperti itu, artinya kita terperangkap dalam masa lalu.
Kutipan itu saya ambil dari buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2! karangan Ajahn Brahm. Dalam buku tersebut ada 108 cerita dalam kehidupan nyata yang sangat inspiratif dan kita bisa mengambil hikmahnya, salah satunya mengenai memaafkan sesama manusia. Karena memaafkan itu sangat mulia.
Mungkin diantara kita sampai saat ini ada yang masih menyimpan dendam terhadap yang lain karena suatu kesalahan. Atau pernah berucap " saya tidak akan memaafkannya sampai saya membalasnya!". Jujur, saya pernah mengalaminya. Ingin rasanya membalas seperti apa yang orang tersebut lakukan ke saya, bahkan ingin lebih. Tapi dengan banyaknya nasihat yang masuk kepada saya, saya menjadi sadar bahwa nafsu membalas tidak akan menyelesaikan semuanya. Tahukah kau, kawan? ternyata memaafkan itu indah, dan menenangkan hati. :)

“… dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,   .” (QS. An Nuur, 24:22) 

23 Nov 2011

Eh, nama dosen kita siapa ya?

Alhamdulillah,,di UTS hari ketiga ini masih lancar-lancar aja (lancar ngarang nya :D). Ujian smester ini kebanyakan menghapal, agak berbeda dari smester-smester sebelumnya. Ya paling hanya 1-2 soal yang menghitung. Itupun tidak serumit AKM dan kawan-kawannya. :)

Mungkin seharusnya tulisan ini sudah saya buat dari smester awal kuliah disini. Tapi baru sempat dan baru terpikirkan untuk menuliskannya sekarang. Padahal disetiap ujian sering sekali terjadi, di kelas saya terutama. Atau mungkin dari kelas kawan-kawan pun mengalaminya? Apa itu? 

Jadi gini, dari tingkat 1 smester 1 saya kuliah disini, ketika ujian (mau UTS mau UAS), pasti saling menanyakan nama dosen pengajar mata kuliah yang saat itu diujikan. "eh, nama dosen kita siapa? gimana tulisannya?". Yah itu mungkin salah satu pertanyaan yang keluar sebelum mengerjakan soal-soal ujian. Buat yang belum mengerti, jadi kalau ujian itu kami diminta menulis nama, kelas, spesialisasi, mata kuliah yang diujikan, dan nama dosen. Itulah kenapa penting untuk tau nama dosen ketika ujian (minimal).

Bagaimana menurut kawan-kawan? ada yang mengganjal? Kalau saya sendiri pertanyaan itu cukup mengganggu perasaan. Memang sih saya pun terkadang (atau mungkin sering :D) menanyakannya. Yang mengganggu hati saya adalah "padahal beliau-beliau sudah memberikan ilmunya lebih dari 15 jam dalam 8 minggu waktu efektif kuliah, tapi namanya saja saya tidak hapal. Bagaimana dengan guru-guru yang sudah mengajarkan saya dari mulai TK sampai sekarang? Apa kabarnya mereka? 

Nyok kawan, mumpung (anggap saja) belum terlambat. Masih ada ujian-ujian selanjutnya. Dengan tulisan ini saya mencoba (setidaknya) mengingat nama dosen pengajar mata kuliah yang diujikan (lagi-lagi, setidaknya) ketika akan menuliskannya di lembar kertas ujian..

selamat berjuaaang :)

19 Nov 2011

Anda dan 5 Istri Anda :)

Cerita ini saya dapat dari teman sekelas. Setiap kamis kelas kami ada agenda rutin kultum. isinya bebas, boleh seputar agama, umum, atau sekedar cerita berhikmah. Nah beberapa minggu yang lalu, kawan saya membawakan cerita yang cukup menarik. Disini saya hanya berbagi, mungkin bisa mengisnpirasi ,,hhe

Oke, kita mulai ceritanya,,

Di suatu massa, hidup seorang lelaki dengan empat orang istri. mereka hidup bahagia, tidak ada rasa cemburu diantara mereka. Istri yang keempat ini menurut si suami yang paling cantik. Dia sangat bangga memiliki si istri ini. pokoknya gak nyesel deh lelaki itu memiliki wanita ini. istri yang ketiga cantik juga. bahkan si suami sering memamerkannya kepada teman-temannya. kalau ada acara kumpul, pastilah istri ketiga yang dia bawa dan dia kenalkan ke semua temannya. Nah beda lagi dengan istri yang kedua. dia ini tempat curhat sang suami. Ada masalah apapun, dia selalu cerita ke istri kedua, dan selalu ada solusi yang tepat. Sang suami benar-benar nyaman bila berada di sampingnya, terlebih ketika ada masalah. sedangkan istri yang pertama ini menurut sang suami biasa-biasa saja. bila dibandingkan dengan istri-istrinya yang lain, istri pertama ini tidak cantik. si istri memang sederhana sikapnya. tapi sang suami tetap suka padanya.

suatu hari, si suami sakit parah. berbagai rumah sakit sudah mereka datangi, hasilnya peralatan rumah sakit kurang menunjang untuk merawatnya. dokter manapun sudah mencoba menyembuhkan penyakitnya, tapi tetap saja tidak bisa. akhirnya mereka pun pasrah. sang suami hanya dirawat dirumah dengan peralatan seadanya. hanya sesekali diberi obat herbal. berhari-hari suami tersebut terbaring di kasurnya, masih sulit rasanya untuk sekedar menggerakkan tangan. yang bisa dia lakukan hanya berbicara, itupun  sangat lirih, hampir tak terdengar.

Aadar keadaannya mendekati kematian, sang suami memanggil satu persatu istrinya. Yang dia panggil pertama adalah istri keempat. Dengan lirih, dia berkata : "istriku, keadaanku kini tak seperti dulu. mungkin sebentar lagi aku akan meninggalkan kalian semua. selama ini, aku telah banyak memberikan mu harta, sehingga kau merasa tercukupi. sebelum aku meninggalkanmu, ada satu permintaan dariku. aku berharap kau mau mengabulkaannya". sang istri langsung menjawab : "apa itu sayang? katakanlah, mungkin aku bisa memenuhi permintaanmu itu". sang suami menjawab : "maukah kiranya engkau menemaniku di kuburan nanti, kita sama-sama meninggalkan dunia ini. bukankah kau pernah berjanji akan sehidup semati, istriku?". terkejut si istri mendengar permintaan suaminya. refleks ia menjawab : "aku tidak mau! aku masih ingin menikmati hidup ini, sayang. lagipula aku masih sehat dan masih banyak yang ingin ku capai. maaf aku tidak bisa menemani mu.

begitu seterusnya sang suami berdialog dengan para istrinya. apakah semua istrinya menolak ? tidak, kawan. istri pertama menjawab dengan yakin : " kalau itu permintaan mu, aku bisa penuhi."
Wah, gak di sangka jawaban istri pertama berbeda dari yang lain. tanpa sadar sang suami menitikan air mata, betapa selama ini istri pertama dianggap bisa saja tetapi malah yang paling setia.

--------------------------

Dalam hidup ini, kita tidak terlepas dari empat "istri" kita. Istri keempat diibaratkan kelebihan yang kita miliki, ketampanan ataupun kecantikan. Kita sering bangga jika kita "lebih keren dari yang lain dan mungkin ada terbersit dalam hati merendahkan yang lain (na'udzubillah). Istri ketiga diibaratkan harta/perhiasan yang kita punya. Kemana-mana kita pamerkan jam tangan harga jutaan, cincin emas, atau apapun yang tidak semua orang lain punya. Kemudian istri kedua diibaratkan teman/sahabat yang ada disekitar kita. Mereka sering menjadi tempat kita mencurahkan perasaan kita, mencertiaka masalah yang sedang kita hadapi, atau sekedar bercerita kejadian lucu yang kita alami. Namun, pada akhirnya ketiganya tidak bisa menemani kita selamanya. Ada kalanya kita "berpisah" dari mereka. Ketampanan/kecantikan bisa saja hilang karena suatu musibah. Harta pun sama, kapanpun dapat terpisah dari pemiliknya. Teman atau sahabat, suatu saat bisa saja berpisah ketika kita tidak lagi dekat dengannya. Memang masih bisa berkomunikasi, tetapi sudah tidak dekat seperti sebelumnya, masing-masing memiliki kesibukkan.

Dan untuk istri pertama diibaratkan diri kita. Dalam hidup ini, apa saja yang sudah kita perbuat untuk bekal kita nanti? Sesederhana apapun diri ini, perlu dihiasai. Dan perhiasan diri yang baik adalah perbuatan baik. Dalam berbuat baik itu ada kemanfaatan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Dalam suatu hadits, disebutkan bahwa yang menemani sampai di hari akhir nanti salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat.

Lalu, bagaimana dengan istri kelima? sebenarnya cerita aslinya hanya empat istri. Hanya saja saya menambahkan satu istri lagi. Istri kelima adalah yang sebenar-benarnya istri, yang mendampingi hidup untuk menyempurnakan ibadah kita . :)