Siang itu seperti biasa saya dan 2 teman saya makan di
warung langganan kami , bude darmi namanya. Cuacanya mendung waktu itu. Mungkin
akan turun hujan. Entah siang itu posisi duduk kami tidak seperti biasanya.
Saya yang biasanya duduk membelakangi kaca, siang itu justru menghadap kaca.
Sehingga mudah melihat keluar. Baru saja kami menyantap makan siang, hujan
mulai turun. Tidak terlalu besar memang.
Selang beberapa waktu, muncul motor
dari belokan dekat warung. Brakk.. Motor itu jatuh dan menimpa pengemudinya.
Saat itu saya sudah selesai makan tapi belum beranjak karena masih menunggu
teman menyelesaikan makannya. Awalnya saya pikir tidak perlu menolongnya,
karena tidak lama setelah jatuh, banyak warga yang mengerumuninya. "Ah,
cukuplah mereka yang membantunya. Toh sepertinya tidak terlalu parah
jatuhnya."
Tapi, lama kelamaan saya keheranan. Warga yang berkerumun tadi
bukannya menolong, mereka malah meneriaki pengemudi itu. Saya tidak begitu
mendengarnya karena saya fokus ke pengemudi tersebut. Karena belum ada yang
menolong, akhirnya saya mengajak teman saya yang sudah selesai makan untuk
menolongnya. Kami berlari kecil mendekati kerumunan. Setelah dekat barulah saya
tahu apa yang mereka bicarakan. "Dasar lu, ga inget ama anak istri!".
Itulah kira-kira teriakan salah satu dari mereka. Saya belum "ngeh"
maksud ucapan itu. Begitu sampai, saya langsung membangunkan motornya dan
mendorongnya ke tempat yang lebih jauh. Lalu teman saya mengangkat pengemudi
tersebut.
Ketika akan diangkat, tiba-tiba pengemudi tersebut berkata "udah
mas, ga usah di tolong. Apa-apaan sih, orang ga papa juga". Matanya merah,
tubuhnya gontai, bau alkohol. "Oh, jadi orang ini mabuk". Dan saya
baru tahu siapa dia setelah helmnya di lepas. Ternyata dia warga setempat yang
punya banyak anak, dan baru pulang entah dari mana. Tidak lama kemudian istrinya
keluar dan bilang "jangan di tolongin mas, dia lagi mabuk. Biarin aja".Saya
kembali ke warung tadi dan kembali duduk sambil menunggu teman yang belum
selesai makannya.
Tiba-tiba saya diam dan memikirkan kejadian tadi. "Dia
itu seorang suami, ayah dari anak-anaknya. Apa yang dia lakukan? Mabuk? Pakai
uang siapa? Kenapa tidak mengurusi anak-anaknya?". Entahlah, banyak sekali
pertanyaan yang muncul di otak saya. Sempat saya juga berpikir, "buat apa
tadi saya tolong? Biar saja dia rasakan akibatnya, berkendara sambil mabuk".
Ketika saya melontarkan penyesalan saya telah menolong orang itu kepada teman
saya, dia langsung menenangkan saya. Ya sudahlah, yang pentingkan niat mu
menolong", katanya. Benar juga sih, tapi sampai beberapa lama saya masih benci
dengan perbuatan pengemudi tadi. Mabuk.
Sampai saat ini saya masih
mempertanyakan sikap penyesalan saya setelah menolongnya. Bolehkah? atau saya
harus melupakannya saja? Bisakah?
entahlah..
5 komentar:
Mabuk cinta kali y Fam ;D hehe
ciyee arman lg d mabuk cinta..
:D
Apaaaaannnnn Sih ............
wahahahahha... pada mabok nih :p
dengan dibantu mas fahma, malah insyaAllah dia sadar, gak mabuk lagi :D
yang penting niat mas, dan mas niatnya udah nolongin, terlepas dia mabuk. bener kata temannya mas :D
Posting Komentar