Hari rabu kemarin jadi satu-satunya hari saya kuliah dalam minggu ini. Alasannya selain memang di smester ini hanya 3 mata kuliah juga karena ada dosen yang tidak bisa bertatap muka dan besok libur nasional. dan mata kuliah kemarin adalah kuliah Monitoring dan Evaluasi Anggaran. Sebenarnya biasa saja kuliahnya, (seperti biasa) saya tidak aktif di kelas dan (lagi-lagi) saya duduk paling belakang.
Kemarin masing-masing kelompok menyajikan hasil diskusinya mengenai program-program bantuan kepada masyarakat kurang mampu, bahkan salah satu programnya untuk Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Kelompok kami kebagian program beras miskin (raskin). Yang berbeda adalah sebelum memulai presentasi, dosen kami memutar 3 film pendek. Durasinya masing-masing sekitar 5 menit. Film tersebut hasil interviu 3 keluarga yang memiliki pekerjaan berbeda-beda. Tapi disini saya hanya menceritakan 2 film saja karena hanya 2 film yang saya ingat secara utuh.
Film pertama bercerita tentang satu keluarga yang memiliki anak 10 bulan. Si istri bekerja sebagai ibu rumah tangga. Awalnya dia bekerja mengupas, tapi suami melarang karena khawatir kecapean. Si suami bekerja sebagai supir dan kuli bangunan. Penghasilan mereka bisa di bilang pas-pasan, karena penghasilan hari itu kadang hanya cukup untuk hari itu saja. Tidak jarang mereka meminjam kepada rentenir dan harus mengembalikan pinjamannya beserta bunga. Pasangan ini bisa di bilang cukup muda, si istri masih berusia 17 tahun dan suami 24 tahun. Di sesi terakhir, harapan si Ibu untuk anaknya adalah agar si anak menjadi anak yang sholehah dan bisa berpendidikan tinggi.
Film kedua bercerita tentang seorang Ibu yang sudah Janda dan memiliki seorang anak berusia 16 tahun. Ibu ini bekerja sebagai pemulung. Kemudian dia menceritakan suaminya yang sakit-sakitan sebelum meninggal (saya lupa sakitnya apa) dan sampai akhirnya si Ibu harus bekerja dan membesarkan anaknya sendirian. Ketika anaknya masih kecil, mereka berdua tinggal di kolong jembatan. Tapi setelah anaknya besar, Mereka pindah dan mencari rumah yang layak huni. Alasannya agar si anak tidak malu dengan teman-temannya. Yang sangat saya suka adalah ketika Ibu ini menjelaskan alasannya memulung. "Saya lebih baik memulung meskipun berat dan penghasilan tidak seberapa, yang penting uangnya halal. Yang membeli barang-barang saya sudah pasti ridho. Daripada meminta-minta, yang memberi belum tentu ridho. Uangnya jadi 'nggak halal. Saya ikhlas membesarkan anak saya. Anak itu titipan Allah, harus di didik dan di beri pendidkan yang layak. Saya selalu bilang ke anak saya, harus pendidikan tinggi, kerja yang bener. Hidupnya masih panjang, nantinya akan punya keluarga. Mereka harus hidup layak dan lebih baik dari Ibunya".
Bagaimana? Hebat, bukan?
Yang saya salut adalah mereka tidak menyerah pada keadaan, mereka selalu ingin menjadi lebih baik dalam menjalani hidup, mereka ingin yang terbaik untuk anaknya, dan mereka punya cita-cita tinggi !
Di akhir-akhir pertemuan kemarin, dosen kami bilang : "Sangat keterlaluan kalau anggota D*R tidak tersentuh hatinya setelah melihat film ini ! ". Ya, saya setuju dengan beliau.
Semoga kawan semua bisa mengambil semangat dan pelajaran dari tulisan ini,,
Selamat berkarya dan berkualitas tinggi !
:)
:)
1 komentar:
high quality!
Perlahan tapi pasti boy!
:)
Posting Komentar