Bismillah..
"Ketika itu musim paceklik melanda madinah. tahun itu
bertepatan dgn 9 hijriah, 1 bulan menuju Ramadhan. Pada tahun tersebut akan
terjadi peperangan tabuk. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta
bantuan kepada para sahabat untuk persiapan perang tabuk,maka para sahabat radhiallahu
ta’ala ‘anhum berbondong-bondong menyumbangkan hartanya. Disebabkan musim
paceklik, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menerima mujahhid
kecuali yang mempunyai perlengkapan perang. Di madinah, satu per satu para sahabat
radhiallahu ta’ala ‘anhum menghadap Rasulullah sambil membawa harta untuk
disedekahkan guna keperluan perang.
Tahukah apa yang diperbuat Utsman bin ‘affan radhiallahu
ta’ala ‘anhu? Beliau datang dengan 1000 ontanya dari negeri Syam dengan segala
kelengkapannya. Kemudian datang lah para tengkulak yang hendak membeli onta
tersebut. penawaran tengkulak paling tinggi hanya 10x lipat. Kemudian Beliau
radhiallahu ta’ala ‘anhu berkata kepada para tengkulak: “tuan-tuan, adakah
diantara kalian yang hendak membeli perdaganganku ini dengan 700x lipat?”. salah
seorang dari mereka berkata:”Gila engkau wahai Utsman, mana ada yang berani
membeli dengan 700x lipat atas perdagangan mu itu?!”. Kemudian Utsman
radhuallahu ta’ala ‘anhu berkata:”Akan tetapi Allah telah menawarnya lebih dari
700x lipat”.
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya
dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)
bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
mengetahui.”(Al-Baqarah 261).
" "
Kisah tersebut saya ambil dari rekaman kajian ustadz
Armen Halim Naro rahimahullahu ta’ala. Dalam kajiannya, beliau hendak
menceritakan kedermawanan sang faqir, sahabat Ulbah bin Zaid radhiallahu ta’ala
‘anhu. Di menit 16 pada kajian tersebut, saya tertegun akan kisah sahabat
Utsman radhiallahu ta’ala ‘anhu yang tidak ragu menolak tawaran para tengkulak
yang –mungkin bagi sebagian kita- sangat menggiurkan. Beliau radhiallahu ta’ala
‘anhu sangat yakin akan janji Allah yang ada dalam surat Al-Baqarah ayat 261.
Hari ini, beranda facebook saya ramai dengan pemberitaan
mengenai seorang pembuat sebuah buku iqra’ yang biasanya di tiap-tiap taman
pendidikan quran menggunakan buku tersebut. Beliau adalah K.H. As’ad Humam. Sila
lihat lengkap beritanya disini.
Lalu, apa hubungannya kisah sahabat Utsman bin ‘affan
radhiallahu ta’ala ‘anhu dengan K.H. As’ad Humam? keduanya sama-sama menanamkan
kebaikan yang bertujuan dapat bermanfaat bagi orang lain.
Dalam surat Al-Baqarah yang telah disebutkan tadi, Allah ta’ala
menjanjikan pahala 700x lipat atas kebaikan yang kita lakukan. Hanya 700x
lipat?? tidak!! Mari kita simak hadits shahih berikut:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk (kebaikan), maka
baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan
tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR Muslim
no. 2674).
"Dari Abu Hurairah radhiallahu ta’ala ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: setiap perbuatan anak adam
dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan dilipatgandakan 10 sampai 700 kali
lipat...”. (HR. Muslim)
Utsman radhiallahu ta'ala 'ahnu dan K.H. As'ad humam sama-sama telah menunjukkan kepada kebaikan, baik dengan sedekah untanya maupun dengan buku iqra' nya. Artinya, keduanya berhak atas pahala kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang yang berbuat kebaikan.
Kalau saja 1 onta dan kelengkapannya yang di bawa Utsman
radhiallahu ta’ala ‘anhu dapat dimanfaatkan oleh 2 sahabat lain yang ikut
berjihad, dan 2 sahabat tersebut menggunakannya untuk kebaikan dijalan Allah,
bagaiman dengan 999 onta lainnya?? Berapa jumlah kebaikan yang terkumpul dari
sedekah beliau??
Kalau saja 6 jilid buku iqra’ yang di tulis oleh K.H. As’ad
Humam tersebut dipelajari oleh 1 orang, kemudian orang tersebut mengajarkannya
lagi ke orang lain, bagaimanakah dengan ratusan atau bahkan mungkin ribuan buku
yang telah tercetak dan telah dipelajari kemudian diamalkan oleh masyarakat??
“sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia
lainnya”
Mudah-mudahan Allah senantiasa memudahkan kita untuk
selalu berbuat baik kepada makhluk lain.
Semoga selalu terbersit dalam hati kita untuk menjadikan
diri ini bermanfaat bagi orang lain.
Baarokallahu fiikum..